Thursday, November 20, 2008

POTATO GRADER

Pernah ga sih ngebayangin kerja di Luar negeri(LN)?


Hal itu sama sekali ga pernah ngebayang di benakku. klo sekolah atau kuliah di LN pernah terbayangkan dengan impian dapet schoolarship.


Dua tahun yang lalu ketika Suamiku dapet schoolarship k Ausie saat itu aku berada di dalam dilema antara memilih keluar sebagai PNS dan ikut suamiku 'jalan-jalan gratis' atau tetap tinggal di Tanah air mengurus bayi kecilku n Suami pergi sendirian, saat itu merupakan debat yang panjang dan pro-kontra antara Aku, Suami, Ortu, Mertua n keluarga bahkan teman-teman sejawat maupun atasan-atasan kerja. setelah mengitung untung-rugi serta berdoa minta diberikan yang terbaik dan mempersiapkan mental akhirnya dipilihlah pilihan pertama dengan alasan-alasan utama Saya merasa tak nyaman lagi bekerja satu kantor dengan suami , trus siapa tahu pulang bisa bawa beberapa keping AUD$$$, trus bisa jalan-jalan gratis, dapat pengalaman laen, praktek ngomong Inggris n yang terakhir masih bisa usaha wat nyari kerja kembali sepulang nanti...


Satu bulan pertama sesampai tiba di Adelaide(kota tempat suamiku study) Aku benar2 merasa asing dan tak betah ditambah lagi peraturan2 yang begitu mengikat yang dikeluarkan ALO(perwakilan pihak dari schoolarship d Uni) yang dilarang ini dan itu demi keberhasilan study sang awardee dan dapat lulus tepat waktunya serta lingkungan yang begitu sangat asing n tak familiar seperti ketika berada di Indonesia. developed country yang kukira hingar bingar tak seperti yang kubayangkan di dalam alam khayalku. ternyata disana memang orang biasa hidup mandiri atau tepatnya individualistik, malam hari tak ada orang yang menyalakan lampu luar rumah saking mereka sadar akan hemat energi sehingga bisa dibayangkan Adelaide at night benar2 kayak kota mati jangan harap ada keramaian diatas J9 malam kecuali pub n diskotik. Klo kata seorang budayawan aku lupa namanya saat itu Aku mengalami yang disebut "culture shock".



satu bulan kemudian aku mengikuti english course free di sebuah lembaga pencetak TOEIC's teacher. disana aku mulai mengenal orang2 pendatang berasal dari negara-negara berkembang yang berniat mengadu nasib d negara ini menjadi permanent residence. dua bulan kemudian aku diterima kerja di sebuah perusahaan kentang melalui sebuah agen kerja yang kudapatkan infonya dari seorang teman suami. Disinilah awal dari kehidupanku yang berwarna selama 2 tahun dimulai. Tak pernah terbayangkan sebelumnya klo mobil pribadi merupakan alat transpor yang sangat urgen. ketika sang Agent memanggilku dia mensyaratkan aku untuk mempunyai kendaraan pribadi karena tanpa itu aku tak dapat bekerja, sedangkan aku selain tak mempunyai kendaraan aku pun tak bisa menyetir bahkan punya SIMpun tidak . Untunglah persaingan kerja tak sesulit d indo sehingga Aku diberikan waktu untuk mencari alat transpor sendiri.akhirnya Aku membujuk teman kursusku(sesama org Indo) untuk bekerja d Perusahaan tersebut. kebetulan temanku itu bilang bisa dan punya kendaraan pribadi. Aku sangat ingat sekali hari pertama Aku bekerja sebagai penentu kualitas kentang or potato grader adalah tanggal 16 agustus 2006 karena besoknya Indonesia merayakan kemerdekaannya. Aku bekerja memilih kualitas dan jenis kentang dimulai pukul 6 pagi teng dengan waktu kerja yang benar2 effisien peribahasa time is money benar-benar real.walaupun pekerjaan ini jauh dari background pendidikan, keahlian dan bayang-bayangku akan sebuah pekerjaan tapi aku toh senag sekali bekerja disini. karena penghasilan bukan hal yang perlu dipusingkan seperti halnya jika kita bekerja d Tanah air. Disini aku cukup bekerja 3 hari untuk memenuhi kebutuhan hidupku selama 1 minggu sedangkan d Tanah air walaupun aku sudah bekerja 1 bulan pun sudah sangat baik sekali jika bisa digunakan hingga akhir bulan tanpa perlu ngutang hiks. Disinilah Aku mulai merasakan betapa senang dan kerasannya tinggal di LN. perasaanku berupa 180 derajat.Disini terasa antara orang Indo satu ma yang lainnya saling berdekatan dan akrab hal ini disebabkan karena kita adalah kaum minoritas. Disini pula kemampuan mendengar n berbicara englishku sedikit lebih meningkat dibandingkan awal2 kedatangan. disini 2 tahun berjalan begitu cepat hingga akhirnya aku harus pulang karena study suamiku sudah kelar dan ijin tinggalku berakhir.

Kuanggap semua kejadian ini adalah bagian dari hidupku yang terbaik yang harus kulalui dan harus kusyukuri. tapi Aku masih harus terus-terus dan terus untuk berusaha berikhtiar dan berdoa untuk segala sesuatu yang lebih baik lagi.Insya Alloh